Banyak yang
perfikiran remeh tentang organisasi BEM, kebanyakan mahasiswa jika mendengar
nama BEM yang langsung terfikirkan adalah, suatu organisasi yang menjadi organisasi
yang tinggi setelah BLM di kampus, yang kerjanya tidak jauh seperti seorang
pemerintah negara yang dipimpin oleh
presiden mahasiswa, yang langsung diplih oleh mahasiswa lewat pemilihan raya
yang dengan masa jabatan 1 tahun. Banyak juga mahasiwa yang mengatakan bahawa
BEM adalah organisasi yang sering memberontak, rusuh, anarkis, sok, dll,
sesungguhnya BEM adalah organisasi yang sangat mengharapkan kedamaian bukan
kekerasan, jika hal itu terjadi biasanya ada provokator yang menyusup
kedalamnya
Banyak mahasiswa
yang memalingkan wajah jika ada pendaftaran di organisasi BEM, mereka lebih memilih mencari UKM lain yang
dianggap mereka gak merugikan diri mereka, sehingga banyak dari mahasiswa yang
lebih fokus dengan kulyahnya, belajar, ngerjakan tugas kulyah, duduk manis
diruangan, dan mendapatkan IP tertinggi di ruangannya, sehingga mahsiswa tidak
lagi prlu untuk mengikuti organisasi BEM yang dianggap tidak baik, padahal
hakikat sebenarnya BEM selalu memberikan yang terbaik untuk almamter mereka dan
mahasiswa yang ada di kampus nya.
Mahasiswa yang masuk BEM
akan dianggap sebagai mahasiswa yang ‘tak biasa’. Bisa dalam artian positif
atau bahkan sebaliknya. Selama ini BEM dikenal tidaklah lebih dari kumpulan
mahasiswa yang hanya membicarakan politik dan “berinvestasi” kekuasaan masa
depan dengan ikut aktif dalam gerakan mahasiswa. Bahkan rendah daripada itu,
BEM adalah sekumpulan suara lantang “hidup mahasiswa!” tak berguna, yang hanya
membuat kerusuhan dijalan-jalan.
Namun dibalik itu semua ada
sisi lain yang tak banyak orang mengerti. Masuk lembaga eksekutif tersebut
adalah sebuah pilihan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa fungsi dari Badan
Eksekutif Mahasiswa pada umumnya. Pertama bidang yang mengurusi internal dari
fakultas maupun universitas dimana BEM tersebut bernaung. Biasa dikategorikan
bagian dalam negeri. Tujuan utamanya adalah kesejahteraan mahasiswa. Bidang ini
juga berfungsi sebagi jembatan seluruh sivitas akademika. Mulai dari Organisasi
Mahasiswa (Ormawa), Dosen, Karyawan, Birokrat dan juga mahasiswa itu sendiri.
Setelah internal, kita
beranjak pada bidang yang mengurusi eksternal lembaga. Bidang ini biasa disebut
bagian luar negeri. Tentunya sering kita melihat aksi-aksi mahasiswa yang turun
kejalan. Sekadar melakukan orasi, pengumpulan dana, maupun kegiatan-kegiatan
sosial yang dilakuan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Masih ingat bukan
gerakan mahasiswa 1965 pada saat Orde Lama, peristiwa malapetaka 15 Januari
1974, sampai dengan runtuhnya rezim Orde Baru. Hal tersebut adalah salah satu
aksi nyata mahasiswa yang dikenal sebagai agent of change.
Didalam BEM ada
departemen luar negri yang bertanggung jawb atas perkembangan yang ada diluar
untuk diberikan kepada mahasiswa dan kampus, dengan adanya departemen luarnegri
kita dapat mengetahui apa yang terjadi diluar kampus kita, juga dapat menjalin
ikatan persaudaraan dengan BEM yang lain dengan cara mengikuti segala aktifitas
yang ada, jelas aktifitas yang dimaksud lebih ke arah yang lebih banyak nilai
positive nya dari pada negatife nya
Bertolak pada Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian masyarakat, maka BEM juga membentuk bidang
yang menangani program ini. Beberapa meletakannya dalam program kerja luar
negeri. Namun ada pula yang terpisah, umumnya bernama Pengabdian Masyarakat
ataupun Sosial Masyarakat. Sudah dapat ditebak bahwa ranahnya pada hal-hal yang
berbau sosial. Program kerjanya diantaranya mengadakan penggalangan dana, Dusun
binaan (Dusbin), dan juga bakti sosial.
Sampai disitu? Tidak. Masih
ada kesekretariatan, kebendaharaan dan juga bidang yang menangani internal
anggota. Meskipun tidak secara langsung berhubungan dengan masyarakat umum,
namun keberadaannya sangatlah sentral dalam lembaga. Ilmu keadministrasian,
manajemen keuangan maupun anggota juga ditawarkan disana.
Dari pemaparan di atas,
sudah jelas bagaimana fungsi BEM mulai dari melayani mahasiswa, menyuarakan
kepentingan rakyat, mengabdi kepada masyarakat, juga sekadar menyalurkan minat
dan bakat mahasiswa. Jika aksi seakan-akan sudah mendarah daging dengan BEM,
sesungguhnya hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari kegiatan BEM itu
sendiri.
Sudah seharusnya kita
menghargai keputusan seorang mahasiswa untuk memilih BEM sebagai tempat untuk
berorganisasi. Karena tentunya mereka memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Seperti layaknya mahasiswa yang mengikuti organisasi minat bakat. Mahasiswa
yang hobi mendaki gunung akan memilih organisasi Mahasiswa Pecinta Alam.
Mahasiswa yang pintar bernyanyi akan memilih organisasi yang berhubungan dengan
bidang tarik suara. Sama halnya dengan mahasiswa yang peduli terhadap sesama,
mungkin akan memilih BEM sebagai tempatnya ‘berekspresi’. Jadi ubahlah
pandangan terhadap orang-orang yang ada di BEM, mereka tidak jauh berbeda
dengan mahasiswa lain. Adalah oknum-oknum berpemikiran sempit yang membuat gap
di antara keduanya.
Oknum-oknum berpemikiran
sempit menyebut BEM musuh abadi, padahal setiap kabinet berbeda karakter dan
kepengurusan. Orang yang sinis akan mengatakan demonstrasi “gak ada
kerjaan”, tapi siapa yang sesungguhnya tidak ada kerjaan? Orang pragmatis akan
berfikir kegiatan BEM tidak penting, namun apa yang sudah dilakukannya untuk
mewujudkan cita-cita bangsa ini?
Terlepas dari semua itu,
keberjalanan sebuah Badan Eksekutif Mahasiswa haruslah murni berangkat dari
suara-suara rakyat yang tertindas, kaum-kaum yang menginginkan keadilan, dan
juga tekat tulus untuk perubahan. Jika sudah disortir oleh
kepentingan-kepentingan oknum maupun organisasi tertentu, maka BEM tidak lebih
dari sebuah boneka yang dijadikan alat untuk menguntungkan kelompok tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar